Menu

Senin, 04 Juli 2016

Menghargai dalam Perbedaan

Media Promosindo

Hidup adalah perubahan. Tidak ada yang tidak berubah di dunia ini. Yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Setiap manusia adalah berbeda satu sama lain dan berubah setiap saat. Perubahan terjadi sesuai dengan usia, tingkat pendidikan, kematangan mental, agama, hobi, status sosial, gender, warna kulit, pola pikir, dan lain sebagainya dari masing-masing individu.

Kita adalah salah satu individu yang hidup di antara miliaran manusia di permukaan bumi ini yang dalam keadaan berbeda dan terus berubah itu. Jika kita mencoba keluar dari perbedaan dan berusaha mencari kesamaan seperti yang kita mau, maka kehidupan akan menjadi kaku, kering, dan getas.

Contoh: setiap orang harus berhobi sama dengan saya, berbahasa sama, suka makanan yang sama, dan segalanya sama dengan saya. Jika itu yang menjadi kemauan kita, berarti kita sedang mengucilkan diri sendiri, menjadi pribadi yang membosankan, kaku, serta tidak bahagia.

Hidup dengan kondisi seperti itu adalah menentang hukum alam juga menentang hukum Tuhan. Bagi saya, "perbedaan" adalah variasi kehidupan seperti halnya 7 tangga nada yang berbeda; jika dipadukan akan menghasilkan jutaan simfoni. Warna yang berbeda-beda pun seperti cyan, magenta, yellow, black, akan menghasilkan jutaan variasi warna. Juga angka yang berbeda-beda dari 0 sampai dengan 9, bisa menghasilkan jumlah hitungan yang tidak terhingga.

Kenyataannya, manusia lahir di bumi ini memang sudah berbeda (sudah dari sononya) baik warna kulit, gender, benua, dan lain-lain. Ini adalah kenyataan sebagaimana adanya. Jika hidup ingin menjadi "lebih hidup" demi memaknai hukum Tuhan Yang Maha Esa, maka kita harus belajar menghargai dan menerima perbedaan yang ada.

Saat orang lain ada kelemahan atau berbeda dengan kita, kita berusaha memahami dan mengerti.. Demikan juga sebaliknya. Dengan menghargai setiap perbedaan maka kita akan menjadi manusia yang lentur, penuh toleransi,  bijaksana, dan bahagia.

Memang untuk mempraktikkan hal ini tidaklah mudah. Butuh belajar, praktik, dan belajar lagi.

Sumber : AndrieWongso.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar