Sekarang makin banyak saja Cashless Society di Indonesia, khususnya Jakarta, saya pun termasuk yang sudah bertransformasi menjadi Cashless Society. Eh, apa sih Cashless Society itu? Mereka adalah masyarakat yang makin mengurangi penggunaan uang tunai.
Saya sih
menggunakan uang non-tunai karena memang tuntutan zaman, karena sudah
banyak yang menggunakannya untuk alternatif pembayaran. Sayangnya, uang
non-tunai yang seharusnya dapat memudahkan tetapi menjadi menyulitkan
hidup karena tidak bijak dalam penggunaannya. Lalu, bagaimana
menggunakan uang non-tunai dengan bijak?
1. Kartu kredit
Kartu
kredit sebaiknya digunakan saat keadaan darurat, bila tidak segera
dibayar banyak hal yg akan terganggu seperti membeli HP yg kecurian,
mobil yang tiba-tiba rusak, dan biaya rumah sakit yang harus segera di
lunasi. Anda juga bisa menggunakannya untuk pembayaran e-commerce, biaya internet marketing, beli Apps smartphone, biaya hootsuite, dan lainnya.
Jangan
gunakan kartu kredit untuk keperluan konsumtif. Sebaiknya penggunaan
kartu kredit kurang dari 30% dari penghasilan per bulan. Karena besar
bunga kartu kredit per tahun bisa mencapai 42%. Sebisa mungkin segeralah
bayar hutang kartu kredit secara lunas sebelum kena bunga berbunga
tersebut.
Saya juga
tidak menyarankan menggunakan kartu kredit untuk modal bisnis. Karena
risiko dari binis itu besar, beruntung kalau bisa segera terbayarkan,
jika gagal akan menyulitkan hidup Anda. Oke, bolehlah pakai untuk modal
usaha, tapi pastikan hutang tersebut bisa lunas dalam waktu kurang dari
tiga bulan. Bisa?
Hal yang
lebih gila lagi adalah strategi ‘pinjaman bank dibayar oleh bank’.
Bagaimana? Misalkan Anda mempunyai tiga kartu kredit, lalu Anda
berhutang menggunakan kartu kredit ‘A’ untuk modal bisnis. Ketika sudah
akan jatuh tempo tetapi tidak bisa di lunasi, Anda memindahkan hutang
tersebut ke kartu kredit ‘B’ dengan mengambil tunai dari kartu kredit
‘B’. Pola tersebut berputar-putar saja. Mengerikan bukan?
Saya
menceritakan hal tersebut bukan untuk dipraktekkan ya. Yakin deh
cara-cara seperti itu tidak ada kerennya. Kalau butuh modal ada pilihan
modal internal dan ekstenal yang lebih aman. Anda juga bisa mencari
modal dan sukses berbisnis dengan mengikuti lomba bisnis yang kini makin
banyak bermunculan.
2. Kartu Debit
Kartu
debit diterbitkan oleh bank sebagai pengganti pembayaran dengan uang
tunai. Bedanya dengan kartu kredit adalah jumlah penarikan atau
penggunaan yang berpatokan pada nominal para rekening. Kartu debit juga
memudahkan pengusaha untuk melakukan pembayaran yang bisa dipermudah
dengan transfer baik dengan bank yang sama maupun antar bank. Kartu
debit cocok untuk pembayaran belanja bulanan, baju, buku, tiket bioskop,
dan lainnya.
Untuk
menghindari kehabisan dana karena menggunakan kartu debit, jangan
masukan penghasilan dalam satu rekening. Pisahkan sendiri rekening yang
di khususkan untuk berbelanja, berbisnis dan dana darurat. Di Indonesia,
masih banyak toko online yang menggunakan pembayaran dengan kartu
debit. Anda harus mentransfer dahulu, lalu menyertakan bukti transfer,
setelah itu baru dikirimkan barangnya. Hal tersebut tentunya tidak
berlaku pada COD (cash on delivery).
3. E-Money
Kartu E-money biasanya digunakan untuk pembayaran tol, bensin, dan pembelian di swalayan. Ada juga tiket multitrip kereta commuterline,
saya salah satu penggunanya. E-Money ini terbatas penggunaannya, hanya
berlaku dibeberapa tempat dan terbatas oleh jumlah uang yang di top-up.
Lalu
apakah setelah mempunyai banyak uang non-tunai kita tidak perlu
menggunakan uang tunai? Uang tunai tetap harus dibawa, karena masih
banyak kegiatan yang membutuhkan uang tunai. Ketika kita mau membayar
makan di pinggir jalan, naik kendaraan umum, belanja di pasar
tradisional, dan lainnya. Jangan sampai tidak bisa bayar makan dipinggir
jalan hanya karena tidak bawa uang tunai, malu kan? Bagaimana menurut
pendapat Anda?
Credit Picture : 1. http://cashforjunkcarswestpalmbeach.com/
2. http://www.photl.com/
Sumber : PortalPengusaha.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar