Pernah
mengalami kejadian tidak menyenangkan dengan pramuniaga yang tak mau
membuat keputusan diluar SOP? Oh, sangat mengecewakan dan memupuskan
keinginan mendapatkan layanan kembali ditempat yang sama.
Suatu
hari Saya membeli sepasang sepatu keren untuk keperluan kerja. Kebiasaan
saya tiap berbelanja sepatu adalah mencoba mengenakan untuk memastikan
semua berfungsi baik. Mencermati permukaan dari ujung ke ujung semuanya
oke. Setelah dirasa cukup pramuniaga membantu memasukannya dalam kotak
kemasan, membuatkan nota serta membungkusnya.
Beberapa
hari berikutnya saya berkesempatan mengenakan sepatu baru untuk
menjumpai client penting. Harapan saya penampilan sempurna akan
mendatangkan kemudahan paripurna. Alamak, saat dikenakan ternyata ada
bagian jahitan sol terlepas. Saya kecewa dan malu, karena saat digunakan
berjalan terlihat bagian yang mestinya rekat menjadi tersingkap.
Pekan itu
adalah hari-hari sibuk bagi saya sehingga tak dapat melakukan apapun
dengan sepatu rusak itu. Akhir pekan adalah kesempatan untuk menjelaskan
apa yang telah saya alami, berharap mendapatkan penanganan semestinya.
Saya menuju counter
Mall dimana pekan lalu membelinya, bersemangat untuk segera mendapat
penyelesaian keluhan. Pramuniaga menginterogasi kapan tanggal transaksi?
Kemudian memaksa memperlihatkan nota sebagai bukti pembelian.
Menyadari nota yang dimintanya tak ada karena hilang, pramuniaga meminta
maaf karena tidak dapat memberikan layanan seperti yang saya harapkan.
Saya
marah dan berdebat hebat beradu argumen bahwa ini hanya perkara bukti
fisik yang mestinya dapat diterima. Sepuluh menit berlalu pramuniaga
akhirnya setuju melakukan penggantian, setelah saya berhasil bertemu
dengan pramuniaga yang dulu melayani dan menjadi saksi meringankan.
Betul…SOP
tertulis yang menjadi acuannya meminta bukti nota pembelian sebagai
syarat penggantian. SOP dibuat sebagai panduan agar setiap pegawai
dapat menjalankan fungsinya secara maksimal sehingga pelanggan
mendapatkan pelayanan prima. Tetapi bukan berarti SOP ini dapat menjadi
pemicu perginya pelanggan loyal.
Apakah
Anda setuju sebuah SOP justru menjadi alasan pelanggan kapok berbelanja
lagi ke tempat kita? Kenapa gara-gara keterbatasan pengetahuan
pramuniaga dapat mempermalukan pelanggan seenaknya?
Faktanya
dalam bisnis memang tak selalu memuaskan semua pelanggan. Sekali waktu
akan terjadi komplain karena pelayanan tak sesuai harapan. Sangat
penting menangani komplain dengan baik sehingga masalah tidak bertambah
runyam. Jika kita dapat memberi solusi terbaik, Kita akan mampu
pertahankan pelanggan, sekaligus membuatnya terkesan hingga menjadi
alasan mereka makin setia.
Lalu apa yang semestinya dilakukan saat menghadapi kondisi seperti ini?
Tiap SOP
seharusnya memiliki ruang pengecualian jika ditemukan kondisi abnormal,
diluar standar tertulis. Tak perlu terpaku kaku pada Standar Operating Procedure (SOP) yang berlaku. Disinilah domain atasan untuk memutuskan apa yang mesti dilakukan. Tak perlu mendebat atau “mengadili” pelanggan.
Pramuniaga
semestinya dapat segera meminta tolong kepada supervisor untuk
menyelesaikan. Tiap masalah selalu ada jalan tengahnya, mengabaikan
empati dan mencari pembenaran akan merugikan.
Sumber : PortalPengusaha.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar